Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
dan engkau melihat manusia masuk ke dalam agama Allah berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohon ampunlah kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.
(QS. An-Nashr 1-3)

10/19/2010

Antara Asma Ul-husna dan Sahabat Spiritual

Bagiku asmaul-husna bukan hanya sifat-sifat Tuhan yang patut ditiru dan diamalkan oleh setiap hamba-Nya. Ketika aku mendengarkan lantunan Asmaul-husna, aku seperti merasakan kedamaian. Kedamaian yang membuat jantung ini sedikit melambatkan tempo denyutnya. Kedamaian yang mengajak mata ini terpejam, menghayati setiap nama-nama Allah...

Waktu aku masih berumur 10 tahun, aku masih belum mengerti tulisan arab yang selalu ada di sampul depan dan belakang al-Quran (semua al-Quran di rumahku seperti itu). Aku pernah bertanya kepada teman satu pengajianku tentang tulisan arab itu, “Ini doa apa?” tanyaku dengan polosnya. “Itu asmaul husna.” jawabnya. “Apa itu?” tanyaku lagi. “Ga tau! Tanya aja sama pak ustad!” jawabnya sambil menunjukkan jarinya ke arah guru kami.

Guru kami berkata, “Itu adalah nama-nama Allah Yang Maha Sempurna ” aku menganggukkan kepala walaupun masih bingung. Aku menghitungnya, dan aneh sendiri, kenapa jumlahnya hanya 99? Kenapa tidak digenapkan saja menjadi 100? Seperti ulangan matematikaku yang tidak pernah dapat 100, dan aku selalu mengharapkan angka 100 di setiap mata pelajaran, karena 100 itu angka sempurna! “Jika Allah sempurna, kenapa jumlah namanya tidak 100?” aku bertanya lagi kepada pak ustad, tapi dia diam saja. Dia malah menugaskan kami untuk menghafalkan 99 nama yang masih asing di mata dan telingaku kala itu.

Bulan berganti bulan, 99 nama Allah belum bisa juga aku hafal dengan benar. Aku malu, temanku yang lain sudah hafal sedangkan aku belum... Aku mengeluh, “Pak Ustad, kok aku belum hafal juga ya?”. Beliau hanya berkata dengan lembut, “Suatu saat kau akan hafal, tidak hanya hafal, tapi mengerti maknanya... Mungkin sekarang belum saatnya...”
Tahun berganti tahun.


Di umurku yang ke-18, aku baru mengerti. Dan perkataan guruku 8 tahun yang lalu telah terbukti. Training ESQ lah yang mengantarku pada jalan yang terang. Tidak hanya menyadarkanku tentang siapa aku dan siapa tuhanku, tapi juga mengajarkanku menghafal dan mengenali nama-nama Allah... tidak hanya hafal, tapi mengerti maknanya walaupun tidak semua.


Asmaul husna menjadi budaya, menjadi ritual tersendiri, mungkin ini yang menyebabkan aku hafal, karena setiap kali ada pertemuan, pengajian, bahkan di setiap rapat kecil selalu diawali dengan membaca asmaul-husna bersama-sama. Begitu juga briefing ATS di pagi hari sebelum training ESQ dimulai. Aku memang bukan termasuk orang yang aktif di ATS (Alumni Training Support) tapi setidaknya aku pernah sekali dua kali mendapat kesempatan jadi ATS, dan membaca asmaul-husna bersama trainer, asisten trainer, juga para ATS merupakan momen yang paling berkesan, momen yang paling indah, momen yang paling sulit dilupakan. Persaudaraan karena Allah...

Aku pernah juga menjadi panitia In House Training ESQ di kampusku. Setiap pagi di mana kampus masih sepi, hanya ada burung-burung kecil yang mencari makan dan tukang sapu yang selalu datang pukul enam. Aku dan panitia lain berkumpul di suatu tempat, menggelar tikar atau alas seadanya, lalu kami berkumpul melingkar, tidak banyak, hanya empat sampai lima orang, salah satu dari kami memimpin doa, setelah itu dilanjutkan dengan membaca asmaul-husna... Begitu indah setiap pagi kami karena diawali dengan asmaul-husna. Aktivitas kami dimulai dengan menyerukan nama-nama Allah, dan kami bejuang hingga petang hanya untuk mengajak mahasiswa lain mengenal ESQ, bahkan lebih jauh lagi, mengenal siapa dirinya dan Tuhannya. Kami hanya ingin mereka merasakan kebahgian yang kami rasakan. Perjuangan kami selama hampir 4 bulan memang tidak sebanding dengan perjuangan Rasulullah, tapi inilah sedikit persembahan dari kami untuk Rasul kami, kami ingin membuat Rasulullah tersenyum, hanya itu.

Dan sekarang, ketika aku mendengar lantunan asmaul-husna dari mp3 player, siapa yang pertama kali terbesit? Tidak hanya Allah... Tapi sahabat-sahabat spiritualku... Ada bayangan mereka di langit-langit kamarku, terkenang kembali saat-saat indah ketika kami sedang berjuang, di saat kami sedang berkumpul, dan di saat kami mengaji di hari Rabu... kami pernah saling mengingatkan, saling menopang, saling menghibur, dan saling mendoakan.

Itulah yang membuat hatiku bergetar setiap kali lantunan asmaul-husna terdengar...

* Untuk sahabat-sahabat spiritualku di Fosma UIN :)

Berita Terkait



0 komentar:

Posting Komentar